Rabu, 25 Mei 2011

Renungan Diri..

sepulang dari liqo, saya selalu teringat akan perkataan dari ustad , kita harus belajar dan terus belajar, liqo penting bagi kita, agar kita selalu menambah keimanan kita kepada Allah SWT.. yang penting tekad kita, keinginan kita.. maka saya mencari artikel tentang pembahasan tadi saat liqo.. menunggu photo copy , agak lama bagi saya, maka saya coba cari di internet. Alhamdulillah ketemu juga..

Mungkin bagi sebagian ikhwan sudah punya tulisan ini, tapi mungkin juga ada yang belum punya. maka ku coba letakkan di blog ini.

Bismillah
Pada saat mau rapat rutin mingguan
“Assalamualaikum akh, afwan ana ga bisa hadir pada rapat hari ini, ada acara keluarga ga bisa ditinggal
Afwan ya akh”
“Assalamualaikum akh afwan ana sibuk di OSIS, ana mundur dari keanggotaan”
“Assalamualaikum, akh afwan ana mau ada persiapan OSN Fisika, jadi banyak pengayaan, ana mundur dulu sejenak dari keanggotaan”
Pada saat mau liqo
“Assalm, afwan akh ana kecapean banget hari ini ana minta izin ya ga ikut liqo, syukron akh”
Pada saat mau MABIT
“Asslam, afwan akh ana ga bisa ikut MABIT, coz hujan besar
Ana minta maaf ya, syukron akh”
Situasi dan kondisi di atas seringkali terjadi dilingkup dakwah, alasan-alasan untuk tidak mengikuti acara
Soal alasan, kita memang suka mencari-carinya. Apalagi kalau murabbi atau Qiyadah mudah ngasih izin dan dari pengalaman tak pernah ada masalah dengan izin tak ada iqab atau amarah dari atas. Kitapun menikmati 'izin' yg diberikannya. Tetapi, apakah dihadapan Allah masalahnya juga 'selesai'?
Kadang pun para Ketua (ada) yang berfikir, toh sudah diwakili oleh sekjen, “udah ada yang mewakili dari organisasi ana”
Akan tetapi, apakah ia berfikir kepada ikhwah yang berada di TKP ?? mereka menyayangkan sekali kenapa “dia” tak datang
Coba kita berfikir sejenak
Acara keluarga ?? seberapa pentingnyakah acara itu bila dibandingkan dengan urusan umat?? Keluarga memang penting, tetapi kita harus bisa memilih prioritas mana yang lebih utama, toh makan malam bersama juga acara keluarga
Lelah ?? seberapa lelahnyakah antum bila dibandingkan dengan para mujahid palestina?? Oh terlalu tinggi, bagaimana kalau kita bandingkan dengan ketua BEM UNPAD yang hampir tiap hari pulang ke kost nya skitar jam 11 malam, bahkan masih sempat membaca beberapa ayat dari al quran dan bangun jam 03.30 untuk menunaikan salat qiyamullail 
Hujan?? Apakah antum tak punya jas hujan?? Semanja apakah antum sehingga jika terkena air langsung mengeluh?? Apalagi jika dibandingkan dengan mujahid palestina yang sudah bukan lagi hujan air, melainkan hujan peluru, hujan bom, bahkan hujan darah. Adakah hujan menghentikan langkahmu??
Dalam masalah dakwah, tarbiyah, dan akhirat, orang-orang beriman tidak semestinya banyak minta izin. Para pendahulu kita, selalu bersedia memenuhi panggilan. Mereka tidak minta izin.
"Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan meminta izin kepadamu untuk tidak ikut berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa."(QS.9:4)

Satu kali, datanglah sekumpulan orang islam minta izin kepada Rasulullah untuk tidak ikut dalam perang tabuk dan Rasulullah mengizinkannya maka turunlah firman Allah :
 “Semoga Allah mema'afkanmu. Mengapa kamu memberi izin kepada mereka (untuk tidak pergi berperang), sebelum jelas bagimu orang-orang yang benar (dalam keuzurannya) dan sebelum kamu ketahui orang-orang yang berdusta?” (QS 9:43)
Itulah maksudnya, andaikan pun kita diizinkan dengan alasan kita, belum tentu selesai urusan dengan Allah karena Ia Maha Tahu apa yg dalam hati kita
Tiba2 cape?? anak sakit ?? Dirumah gada orang??
Waspadalah ... 
“Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, maka Allah melemahkan keinginan mereka. Dan dikatakan kepada mereka: Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu." (QS 9:46)
 Jika antum sudah (berniat) tidak berangkat, waspadalah itu celah syetan untuk melemahkan iman antum, mari bertanya pada hati kita, seberapa kuatnyakah azzam antum?? Sebepara pentingnyakah umat antum?
Kita, 
IKHWAH FILLAH dengan segala kelebihan yang kita miliki mencari-cari alasan untuk tidak berperan serta dalam kebaikan. Adapun para shahabat, dengan segala kekurangan yg mereka alami mereka mencari-cari alasan agar tetap berperan dalam jihad dan dakwah
Maka begitulah, setiap menjelang perang:
Shahabat yg masih muda, memakai sepatu berhak tinggi. mereka ingin tampak dewasa dan diikutkan dalam jihad
Shahabat yg tua, mereka tunjukkan ahli memanahnya. Mereka sampaikan ingin beroleh syahid di jalan-Nya
Mengapa disebutkan para shahabat diatas mencari-cari alasan?
Ya, sebenarnya mereka kekurangan. Mereka tak punya senjata, bekal. Mereka miskin, tak bisa berinfaq harta, apalagi untuk memerdekakan budak. Tetapi mereka mencari-cari alasan agar bisa berjihad mereka mencari-cari alasan agar menjadi yg terbaik di hadapan Allah. Dan itulah bedanya mencari alasan kita dan mereka.
Sejenak kawan kita merenung, apakah yang sudah antum persembahkan untuk diri antum, liqo antum...
Ketika ana menulis ini pun ana juga berfikir, apa yang sudah ana persembahkan untuk organisasi yang ana ikut bernaung dibawahnya. Apa kontribusi ana ke Liqo ana, sekolah ana, bahkan kota tempat ana menimba ilmu, atau bahkan negara tempat ana menetap
Mulai dari sekarang, cobalah untuk belajar menentukan dan membuat skala prioritas, mana yang penting, mendesak, atau darurat
Mulai dari sekarang berjanjilah dalam hati agar kembali memantapkan langkah dijalan ini, jalan yang panjang, penuh duri, halangan dan rintangan, dan sepi ....
Tetapi apakah selamanya kita dilarang minta izin?
Tidak juga. Itu jikapun kita minta izin karena uzur, beritahukanlah kepada yg berwenang, dengan cara yg melegakan si penerima kabar :
1. sampaikan sebelum acara
2. kemukakan mengapa anda 'layak' tidak hadir
3. berikan alternatif lain
4. lihatlah perasaan kita, apa kita nyaman dan menikmati ketidakhadiran ini?

Seorang pemuda menemui Nabi SAW
'Ya nabi, saya ingin berjihad, tapi ibu saya sakit keras, mana yg harus saya dahulukan?'
'Ya Nabi, saya ingin ikut perang, tapi saya tidak punya bekal, berilah saya bekal?' Abdullah bin Mughfil
Jikalau mau izin, sms lah yang lengkap dan disertai alasan dan juga solusi
”Assalamualaikum, akh afwan ana ga bisa hadir, ada banyak tugas, bagaimana kalau liqonya pindah ke tempat ana??? Hehehehe”
Assalamualaikum, akh afwan ana mungkin rada telat, coz hujan dan lagi nunggu angkotnya lama. Rapatnya dipimpin ama sekjen aja dulu”
“Assalamualaikum, akh ana blom sempat makan, tadi ada acara jadi afwan ana rada telat, mau makan dulu ...rapat dipimpin dulu ama antum”
“Assalamualaikum, akh afwan ana mau fokus dulu mengurus OSIS, tapi ana udah menghubungi teman ana untuk menggantikan ana sementara”
“Asslam, akh afwan ana mau pembinaan OSN, tapi ana udah menyelesaikan tugas yang antum kasih ke ana, kapan bisa ketemu untuk laporan lengkapnya??”

Jika memang kita punya alasan dan alasan itu layak
Jika kita menangis saat tidak berangkat seperti Abdullah bin Mughfil
Jika kita resah karena ketidakikutsertaan kita

Ikhwah Fillah, teganya-teganya-teganya
Sementara ikhwah yang lain sibuk menyiapkan MABIT, DAUROH
Sementara ikhwah yang lain sibuk merapatkan barisan
Sementara ikhwah yang lain sibuk membina calon pengganti dirinya
Mengapa kita duduk di rumah 'uncang-uncang" kaki sambil nonton TV?
Mengapa kita duduk di sofa dan pulang ke rumah tanpa 'mampir' ke liqo?
Mengapa kita sibuk memburu ‘makanan’ ke sana-ke mari ?
Mengapa kita sibuk dg urusan pribadi lalu merintih minta dikasihani
AtaghfuruLLahal 'Azhiim... Teganya-teganya-teganya... 
Semoga Allah mencatat kita termasuk dalam kafilah yang ikut berangkat serta
Wallahu a'alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar