Hasan Al-Banna adalah seorang arsitek sebuah peradaban. Bahkan seolah-olah ia dilahirkan untuk membangun kembali harga diri umat yang sedang runtuh dan melorot. Pembangunan kembali itu ia awali dengan mendirikan madrasah terbesar dalam sejarah gerakan dakwah; Madrasah hasan Al-Banna.
Penyebutan
Madrasah Hasan Al-Banna ini disematkan oleh salah satu kader terbaik
Ikhwanul Muslimin, Syaikh Yusuf Qaradhawi. Sebuah madrasah yang memiliki
dua tujuan besar pembangunan umat Islam. Dua tujuan itu adalah, ilmiyah
dan amaliyah. Berilmu dan beramal.
Dalam
sistem pendidikannya, Ikhwanul Muslimin berorientasi pada dua pokok
tujuan pendidikan. Pendidikan harus melahirkan manusia-manusia yang
berjiwa besar dan berakhlak mulia. Hasan Al-Banna mengatakannya sebagai
“Tongkat Komando Perubahan”.
Untuk
menyiapkan kader-kader yang berjiwa besar dan berakhlak mulia, Ikhwanul
Muslimin memiliki sistem tarbiyah atau pendidikan yang dirumuskan oleh
sang imam sendiri. Disiplin tarbiyah yang sering kali disebut dengan
al-Iltizamu al-Kamil atau tingkat kedisiplinan yang sempurna.
Paham
Setiap
kader Ikhwanul Muslimin harus memulainya dari tangga kepahaman. Tanpa
memahami ajaran dan pesan-pesan besar yang diturunkan Allah dalam Islam
melalui Rasul-Nya, tak ada perubahan besar yang akan terjadi. Perubahan
hanya bisa terjadi dan dilakukan, jika para pelaku, pendukung, dan
pemimpinnya memahami apa tujuan hidup dalam Islam.
Ikhlas
Tahap
berikutnya adalah ikhlas. Pemahaman yang sempurna dan baik akan
melahirkan jiwa-jiwa yang ikhlas untuk mewujudkan cita-cita. Rela
berkorban apa saja untuk kemuliaan mimpi-mimpi agung manusia. Keikhlasan
itu bisa terwujud nyata dan tercermin dari amal, perbuatan, ucapan, dan
pemikiran yang hanya memiliki satu tujuan, yaitu ridha Allah, Sang
Pencipta.
Amal
Keikhlasan
pada akhirnya akan mengantarkan setiap kader pada amal yang maksimal.
Tanpa keikhlasan, amal hanya menjadi beban yang memberatkan. Amal yang
ditandai keikhlasan akan selalu menjadi amal yang paling baik. Karena,
keikhlasan memintanya untuk melengkapi amal berlandaskan ilmu. Amal pun
dirumuskan pada beberapa tahapan dan tingkat.
Pertama, memperbaiki diri sendiri.
Kedua, memperbaiki lingkungan trekecil dari masyarakat, yakni keluarga.
Ketiga, membentuk masyarakat Islami.
Keempat, membebaskan tanah air dari cengkraman penjajah.
Kelima, memperbaiki pemerintahan dan negara.
Keenam, mempersiapkan seluruh aset yang dimiliki untuk kebaikan kaum Muslim.
Ketujuh, menegakkan kepemimpinan umat di seluruh dunia dan menyebarkan dakwah Islam yang mulia.
Jihad
Dalam
agama yang mulia ini, tidak ada amalan yang paling mulia kecuali
berjihad di jalan-Nya. Berjihad dengan hati, lisan, tangan, dan akal.
Jihad dengan kata-kata, tulisan, kekuasaan, dan paling tinggi adalah
jihad dengan jiwa dan raganya.
Taat
Kader
yang baik dalam Ikhwanul Muslimin adalah kader yang mampu memupuk
ketaatan kepada pemimpin dan kebenaran. Dan, satu-satunya syarat
ketaatan adalah dalam rangka beribadah kepada Allah. Tidak ada ketaatan
jika bertujuan maksiat kepada Allah.
Tsabat
Bersungguh-sungguh
meniti dan mewujudkan cita-cita dan tujuan mulia juga merupakan hasil
yang ingin dicapai dalam sistem tarbiyah Ikhwanul Muslimin. Tanpa
kesungguhan, tidak akan ada cita-cita yang bisa dicapai dengan sempurna.
Setiap tujuan selalu meminta upah dan bayaran, satu di antara upah yang
harus kita berikan adalah kesungguhan hati dan tekad jiwa.
Tajarrud
Setiap
perjalanan selalu menyimpan aral dan rintangan. Dan terkadang, aral
tersebut adalah godaan-godaan cara berpikir dan bersikap pada sesuatu
hal. Karena itu, hasan Al-Banna ingin para kadernya selalu membersihkan
diri dari godaan-godaan yang bersifat paham dan pemikiran selain Islam.
Kader Ikhwanul Muslimin harus terbebas dari belenggu berpikir
orang-orang ternama dan individu-individu, kecuali dalam rangka taat
kepada Allah.
Ukhuwah
Perjalanan
yang panjang menuju cita-cita yang mulia selalu berat dan terjal.
Karena itu, satu-satunya yang bisa menjadi lampu pertolongan dalam
perjalanan ini adalah tongkat ukhuwah dan persaudaraan yang menyejukkan.
Setiap Muslim adalah saudara yang selalu siap memberi pertolongan
kepada saudaranya.
Tsiqah
Tidak
ada pertolongan yang lebih indah seperti pertolongan yang diberikan
atas dasar rasa kepercayaan. Kepercayaan bahwa kita berada di jalan yang
sama dan menuju titik akhir yang sama pula. Kepercayaan akan melahirkan
rasa cinta, saling menghargai, dan penghormatan, bahkan pengorbanan.
Dengan
sistem seperti itu, Ikhwanul Muslimin seperti mendekati manusia dengan
cara yang mereka inginkan. Ikhwanul Muslimin terus berkembang. Pelan
tapi pasti, membesar dan memberikan pengaruh, tidak saja di Mesir, tapi
kelak juga lebih dari 40 negara di seluruh dunia.
Pada
awal 1941, Ikhwanul Muslimin memiliki anggota 100 orang, orang-orang
yang dipilih sendiri oleh hasan Al-Banna. Penguasa Inggris yang
menyadari embrio ini memberikan peringatan kepada penguasa Mesir pada
saat itu, Raja Faruq. Tetapi, sang raja memandang remeh dan tak
menghiraukan gerakan yang kelak akan menggegerkan dunia ini.
“Apalah yang mungkin bisa dilakukan oleh seorang pengajar anak-anak,” kata raja Faruq tak memandang sebelah mata.
Kemudian,
Hasan Al-Banna memindahkan kantor Ikhwanul Muslimin, yang semula dui
Islamiliyyah ke al-Qadhirah atau Kairo, ibu kota Mesir. Perkembangan
Ikhwanul Muslimin di kedua kota ini sungguh luar biasa. Mencengangkan!
Hasan
Al-Banna dan kafilah dakwahnya merambah semua wilayah di Mesir, dari
gang-gang kecil sampai ke perkantoran. Hanya beberapa tahun, Ikhwanul
Muslimin menjelma menjadi gerakan besar yang mulai mengkhawatirkan
penjajah. Apalagi setelah Ikhwanul Muslimin turut berjihad membebaskan
Palestina dari kekangan Zionis Israel.
Pada
1947-1948, Ikhwanul Muslimin, dengan dipimpin langsung oleh sang imam,
mengirimkan 10.000 pasukan pejuang Ikhwan ke Palestina untuk membebaskan
tanah suci itu dari penjajah Zionis Israel. Pasukan yang gagah berani,
yang tak dikenal sama sekali oleh dunia Arab saat itu. Pasukan gagah
berani yang keluar dan dilahirkan oleh sistem pendidikan Ikhwanul
Muslimin. Dari Madrasah Hasan Al-Banna, Ikhwanul Muslimin berhasil
mengirimkan pasukan-pasukan yang lebih mencintai syahid di jalan Allah,
membantu saudara seiman di Palestina.
Melihat
perkembangan yang makin tak terkendali, penjajah Inggris dan Raja Faruq
mulai merencanakan sesuatu untuk menghentikan pergerakan Ikhwanul
Muslimi. Perintah penangkapan para anggota Ikhwan mulai diberikan.
Penjara-penjara mulai dipenuhi oleh para pemuda dan pemimpin Ikhwanul
Muslimin. Tetapi, mereka sengaja tak menyentuh sang imam, Hasan Al-Banna
dibiarkan di luar penjara.
Diam-diam, rencana makar sedang disiapkan untuknya.
Pada
8 November 1948, Perdana Menteri Mesir, Muhammad Fahmi Naqrasyi,
membekukan Ikhwanul Muslimin. Ia menyita dan merampas seluruh aset
lembaga tersebut. Mulai dari kantor berita sampai barang terkecil yang
bisa disita.
Pada
Desember 1948, Naqrasyi diculik oleh seorang tak dikenal. Ia kemudian
ditemukan tanpa nyawa. Seluruh pendukungnya melayangkan tuduhan bahwa
Ikhwanul Muslimin yang melakukan penculikan dan pembunuhan. Mereka turun
ke jalan-jalan dan meneriakkan ganyang Hasan Al-Banna. “Kepala Naqrasyi
harus dibayar dengan kepala Hasan Al-Banna,” ancam mereka.
Pada
12 Februari 1949, di satu pagi yang penuh kesaksian, peristiwa besar
terjadi. Menurut Fathi Yakan, seorang petinggi militer Mesir bernama
Mahmud Abdul Majid mengutus pembantaian terkeji kepada seorang pemimpin
besar, Hasan Al-Banna.
Di
depan Kantor Pusat Pemuda Ikhwnaul Muslimin, peluru-peluru berhamburan
menembus tubuhnya. Hasan Al-Banna meregang nyawa. Ia dilarikan ke rumah
sakit, tapi intelijen yang keji telah mempersiapkan segalanya. Aliran
listrik dipadamkan, dokter dan perawat telah diancam agar tidak
memberikan pertolongan, apalagi menyelamatkan nyawa Hasan AL-Banna.
Darah
terus mengucur dari tubuh Hasan Al-Banna. Karena terlalu banyak darah
yang mengalir, akhirnya peristiwa di pagi buta itu mengantarkannya
kepada rabnya yang paling mulia. Hasan Al-Banna menemui syahidnya.
Namun,
kekejian belum juga usai. Hanya ayahHasan Al-Banna dan empat orang
perempuan yang diizinkan untuk mengantarkan pemakaman rahasia yang
dilakukan oleh intelijen Mesir saat itu. Mereka dikawal oleh moncong
senjata yang siap menyalak kapan saja, mengakhiri nyawa. Pemakaman
dijaga ketat. Pemerintah Mesir tak mengizinkan orang untuk berkumpul,
apalagi berkerumun, di tempat lain, Raja Faruq merasa lega mendengar
kabar hasan Al-Banna telah diselesaikan.
Setelah
itu, pada 1954, pembunuhan-pembunuhan lain susul-menyusul. Kairo dan
seluruh Mesir dimerahkan oleh darah dan diramaikan oleh nyawa para
syuhada Ikhwanul Muslimin yang tak kenal kata menyerah. Termasuk para
pemimpin Ikhwanul Muslimin selain Hasan Al-Banna. Abdul Qadir Audah,
Muhammad Faraghalli, Yusuf Thal’at, Handawi Duwair, Ibrahim Thayyib. Dan
Muhammad Abdul Lathif dihukum mati oleh Perdana Menteri Mesir Gamal
Abdul Nasser.
Penjara
penuh dengan beribu-ribu pejuang Ikhwanul Muslimin. Perburuan terus
dilakukan untuk membunuh dan membinasakan Ikhwanul Muslimin. Tetapi,
gerakan ini tak akan pernah bisa mati. Gerakan ini seperti aor yang akan
terus mengalir meskipun dibendung sekuat apa pun.
Ikhwanul
Muslimin terus menemukan caranya untuk tumbuh dan menjadi besar
meskipun beribu makar telah disiapkan untuk melumpuhkannya. Gerakan
Ikhwanul Muslimin menjadi warisan terbesar yang ditinggalkan oleh sang
guru, Hasan Al-Banna.
Sebuah
warisan yang harus dipelajari oleh semua orang yang menerimanya.
Warisan yang selalu dikukuhkan, di manapun benihnya disemai di penjuru
dunia. Madrasah Hasan Al-Banna yang bernama Ikhwanul Muslimin, oleh
majalah al-Mujtama’ disebutkan, kini telah menyebar dan memberikan
inspirasi tak kurang di 70 negara di seluruh dunia. Dari Turki sampai
Sudan, dari Afganistan sampai Pakistan, bahkan di negeri kita sendiri.
Indonesia. Kita bisa dengan mudah menemukan jejak dan warisan yang
ditinggalkan oleh Hasan Al-Banna. Warisan yang lebih berharga daripada
harta. Warisan yang lebih mulia daripada intan permata. Warisan yang
akan mengantarkan kita pada ajaran mulia yang diturunkan Alah SWT lewat
Rasul-Nya. Warisan yang akan menyelamatkan manusia.
Bersambung....
bagian ke -2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar