Kamis, 26 April 2012

Antara PKS, Tarbiyah, dan Ikhwanul Muslimin - Sebuah Perjalanan Sejarah (bag. 1)

 
Hasan Al-Banna adalah seorang arsitek sebuah peradaban. Bahkan seolah-olah ia dilahirkan untuk membangun kembali harga diri umat yang sedang runtuh dan melorot. Pembangunan kembali itu ia awali dengan mendirikan madrasah terbesar dalam sejarah gerakan dakwah; Madrasah hasan Al-Banna.

Penyebutan Madrasah Hasan Al-Banna ini disematkan oleh salah satu kader terbaik Ikhwanul Muslimin, Syaikh Yusuf Qaradhawi. Sebuah madrasah yang memiliki dua tujuan besar pembangunan umat Islam. Dua tujuan itu adalah, ilmiyah dan amaliyah. Berilmu dan beramal.

Dalam sistem pendidikannya, Ikhwanul Muslimin berorientasi pada dua pokok tujuan pendidikan. Pendidikan harus melahirkan manusia-manusia yang berjiwa besar dan berakhlak mulia. Hasan Al-Banna mengatakannya sebagai “Tongkat Komando Perubahan”.

Untuk menyiapkan kader-kader yang berjiwa besar dan berakhlak mulia, Ikhwanul Muslimin memiliki sistem tarbiyah atau pendidikan yang dirumuskan oleh sang imam sendiri. Disiplin tarbiyah yang sering kali disebut dengan al-Iltizamu al-Kamil atau tingkat kedisiplinan yang sempurna.

Paham
Setiap kader Ikhwanul Muslimin harus memulainya dari tangga kepahaman. Tanpa memahami ajaran dan pesan-pesan besar yang diturunkan Allah dalam Islam melalui Rasul-Nya, tak ada perubahan besar yang akan terjadi. Perubahan hanya bisa terjadi dan dilakukan, jika para pelaku, pendukung, dan pemimpinnya memahami apa tujuan hidup dalam Islam.

Ikhlas
Tahap berikutnya adalah ikhlas. Pemahaman yang sempurna dan baik akan melahirkan jiwa-jiwa yang ikhlas untuk mewujudkan cita-cita. Rela berkorban apa saja untuk kemuliaan mimpi-mimpi agung manusia. Keikhlasan itu bisa terwujud nyata dan tercermin dari amal, perbuatan, ucapan, dan pemikiran yang hanya memiliki satu tujuan, yaitu ridha Allah, Sang Pencipta.

Amal
Keikhlasan pada akhirnya akan mengantarkan setiap kader pada amal yang maksimal. Tanpa keikhlasan, amal hanya menjadi beban yang memberatkan. Amal yang ditandai keikhlasan akan selalu menjadi amal yang paling baik. Karena, keikhlasan memintanya untuk melengkapi amal berlandaskan ilmu. Amal pun dirumuskan pada beberapa tahapan dan tingkat.

Pertama, memperbaiki diri sendiri.

Kedua, memperbaiki lingkungan trekecil dari masyarakat, yakni keluarga.

Ketiga, membentuk masyarakat Islami.

Keempat, membebaskan tanah air dari cengkraman penjajah.

Kelima, memperbaiki pemerintahan dan negara.

Keenam, mempersiapkan seluruh aset yang dimiliki untuk kebaikan kaum Muslim.

Ketujuh, menegakkan kepemimpinan umat di seluruh dunia dan menyebarkan dakwah Islam yang mulia.

Jihad
Dalam agama yang mulia ini, tidak ada amalan yang paling mulia kecuali berjihad di jalan-Nya. Berjihad dengan hati, lisan, tangan, dan akal. Jihad dengan kata-kata, tulisan, kekuasaan, dan paling tinggi adalah jihad dengan jiwa dan raganya.

Taat
Kader yang baik dalam Ikhwanul Muslimin adalah kader yang mampu memupuk ketaatan kepada pemimpin dan kebenaran. Dan, satu-satunya syarat ketaatan adalah dalam rangka beribadah kepada Allah. Tidak ada ketaatan jika bertujuan maksiat kepada Allah.

Tsabat
Bersungguh-sungguh meniti dan mewujudkan cita-cita dan tujuan mulia juga merupakan hasil yang ingin dicapai dalam sistem tarbiyah Ikhwanul Muslimin. Tanpa kesungguhan, tidak akan ada cita-cita yang bisa dicapai dengan sempurna. Setiap tujuan selalu meminta upah dan bayaran, satu di antara upah yang harus kita berikan adalah kesungguhan hati dan tekad jiwa.

Tajarrud  
Setiap perjalanan selalu menyimpan aral dan rintangan. Dan terkadang, aral tersebut adalah godaan-godaan cara berpikir dan bersikap pada sesuatu hal. Karena itu, hasan Al-Banna ingin para kadernya selalu membersihkan diri dari godaan-godaan yang bersifat paham dan pemikiran selain Islam. Kader Ikhwanul Muslimin harus terbebas dari belenggu berpikir orang-orang ternama dan individu-individu, kecuali dalam rangka taat kepada Allah.

Ukhuwah
Perjalanan yang panjang menuju cita-cita yang mulia selalu berat dan terjal. Karena itu, satu-satunya yang bisa menjadi lampu pertolongan dalam perjalanan ini adalah tongkat ukhuwah dan persaudaraan yang menyejukkan. Setiap Muslim adalah saudara yang selalu siap memberi pertolongan kepada saudaranya.

Tsiqah
Tidak ada pertolongan yang lebih indah seperti pertolongan yang diberikan atas dasar rasa kepercayaan. Kepercayaan bahwa kita berada di jalan yang sama dan menuju titik akhir yang sama pula. Kepercayaan akan melahirkan rasa cinta, saling menghargai, dan penghormatan, bahkan pengorbanan.

Dengan sistem seperti itu, Ikhwanul Muslimin seperti mendekati manusia dengan cara yang mereka inginkan. Ikhwanul Muslimin terus berkembang. Pelan tapi pasti, membesar dan memberikan pengaruh, tidak saja di Mesir, tapi kelak juga lebih dari 40 negara di seluruh dunia.

Pada awal 1941, Ikhwanul Muslimin memiliki anggota 100 orang, orang-orang yang dipilih sendiri oleh hasan Al-Banna. Penguasa Inggris yang menyadari embrio ini memberikan peringatan kepada penguasa Mesir pada saat itu, Raja Faruq. Tetapi, sang raja memandang remeh dan tak menghiraukan gerakan yang kelak akan menggegerkan dunia ini.

“Apalah yang mungkin bisa dilakukan oleh seorang pengajar anak-anak,” kata raja Faruq tak memandang sebelah mata.

Kemudian, Hasan Al-Banna memindahkan kantor Ikhwanul Muslimin, yang semula dui Islamiliyyah ke al-Qadhirah atau Kairo, ibu kota Mesir. Perkembangan Ikhwanul Muslimin di kedua kota ini sungguh luar biasa. Mencengangkan!

Hasan Al-Banna dan kafilah dakwahnya merambah semua wilayah di Mesir, dari gang-gang kecil sampai ke perkantoran. Hanya beberapa tahun, Ikhwanul Muslimin menjelma menjadi gerakan besar yang mulai mengkhawatirkan penjajah. Apalagi setelah Ikhwanul Muslimin turut berjihad membebaskan Palestina dari kekangan Zionis Israel.

Pada 1947-1948, Ikhwanul Muslimin, dengan dipimpin langsung oleh sang imam, mengirimkan 10.000 pasukan pejuang Ikhwan ke Palestina untuk membebaskan tanah suci itu dari penjajah Zionis Israel. Pasukan yang gagah berani, yang tak dikenal sama sekali oleh dunia Arab saat itu. Pasukan gagah berani yang keluar dan dilahirkan oleh sistem pendidikan Ikhwanul Muslimin. Dari Madrasah Hasan Al-Banna, Ikhwanul Muslimin berhasil mengirimkan pasukan-pasukan yang lebih mencintai syahid di jalan Allah, membantu saudara seiman di Palestina.

Melihat perkembangan yang makin tak terkendali, penjajah Inggris dan Raja Faruq mulai merencanakan sesuatu untuk menghentikan pergerakan Ikhwanul Muslimi. Perintah penangkapan para anggota Ikhwan mulai diberikan. Penjara-penjara mulai dipenuhi oleh para pemuda dan pemimpin Ikhwanul Muslimin. Tetapi, mereka sengaja tak menyentuh sang imam, Hasan Al-Banna dibiarkan di luar penjara.

Diam-diam, rencana makar sedang disiapkan untuknya.

Pada 8 November 1948, Perdana Menteri Mesir, Muhammad Fahmi Naqrasyi, membekukan Ikhwanul Muslimin. Ia menyita dan merampas seluruh aset lembaga tersebut. Mulai dari kantor berita sampai barang terkecil yang bisa disita.

Pada Desember 1948, Naqrasyi diculik oleh seorang tak dikenal. Ia kemudian ditemukan tanpa nyawa. Seluruh pendukungnya melayangkan tuduhan bahwa Ikhwanul Muslimin yang melakukan penculikan dan pembunuhan. Mereka turun ke jalan-jalan dan meneriakkan ganyang Hasan Al-Banna. “Kepala Naqrasyi harus dibayar dengan kepala Hasan Al-Banna,” ancam mereka.

Pada 12 Februari 1949, di satu pagi yang penuh kesaksian, peristiwa besar terjadi. Menurut Fathi Yakan, seorang petinggi militer Mesir bernama Mahmud Abdul Majid mengutus pembantaian terkeji kepada seorang pemimpin besar, Hasan Al-Banna.

Di depan Kantor Pusat Pemuda Ikhwnaul Muslimin, peluru-peluru berhamburan menembus tubuhnya. Hasan Al-Banna meregang nyawa. Ia dilarikan ke rumah sakit, tapi intelijen yang keji telah mempersiapkan segalanya. Aliran listrik dipadamkan, dokter dan perawat telah diancam agar tidak memberikan pertolongan, apalagi menyelamatkan nyawa Hasan AL-Banna.

Darah terus mengucur dari tubuh Hasan Al-Banna. Karena terlalu banyak darah yang mengalir, akhirnya peristiwa di pagi buta itu mengantarkannya kepada rabnya yang paling mulia. Hasan Al-Banna menemui syahidnya.

Namun, kekejian belum juga usai. Hanya ayahHasan Al-Banna dan empat orang perempuan yang diizinkan untuk mengantarkan pemakaman rahasia yang dilakukan oleh intelijen Mesir saat itu. Mereka dikawal oleh moncong senjata yang siap menyalak kapan saja, mengakhiri nyawa. Pemakaman dijaga ketat. Pemerintah Mesir tak mengizinkan orang untuk berkumpul, apalagi berkerumun, di tempat lain, Raja Faruq merasa lega mendengar kabar hasan Al-Banna telah diselesaikan.

Setelah itu, pada 1954, pembunuhan-pembunuhan lain susul-menyusul. Kairo dan seluruh Mesir dimerahkan oleh darah dan diramaikan oleh nyawa para syuhada Ikhwanul Muslimin yang tak kenal kata menyerah. Termasuk para pemimpin Ikhwanul Muslimin selain Hasan Al-Banna. Abdul Qadir Audah, Muhammad Faraghalli, Yusuf Thal’at, Handawi Duwair, Ibrahim Thayyib. Dan Muhammad Abdul Lathif dihukum mati oleh Perdana Menteri Mesir Gamal Abdul Nasser.

Penjara penuh dengan beribu-ribu pejuang Ikhwanul Muslimin. Perburuan terus dilakukan untuk membunuh dan membinasakan Ikhwanul Muslimin. Tetapi, gerakan ini tak akan pernah bisa mati. Gerakan ini seperti aor yang akan terus mengalir meskipun dibendung sekuat apa pun.


Ikhwanul Muslimin terus menemukan caranya untuk tumbuh dan menjadi besar meskipun beribu makar telah disiapkan untuk melumpuhkannya. Gerakan Ikhwanul Muslimin menjadi warisan terbesar yang ditinggalkan oleh sang guru, Hasan Al-Banna.

Sebuah warisan yang harus dipelajari oleh semua orang yang menerimanya. Warisan yang selalu dikukuhkan, di manapun benihnya disemai di penjuru dunia. Madrasah Hasan Al-Banna yang bernama Ikhwanul Muslimin, oleh majalah al-Mujtama’ disebutkan, kini telah menyebar dan memberikan inspirasi tak kurang di 70 negara di seluruh dunia. Dari Turki sampai Sudan, dari Afganistan sampai Pakistan, bahkan di negeri kita sendiri. Indonesia. Kita bisa dengan mudah menemukan jejak dan warisan yang ditinggalkan oleh Hasan Al-Banna. Warisan yang lebih berharga daripada harta. Warisan yang lebih mulia daripada intan permata. Warisan yang akan mengantarkan kita pada ajaran mulia yang diturunkan Alah SWT lewat Rasul-Nya. Warisan yang akan menyelamatkan manusia.

Bersambung....
bagian ke -2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar